Saripati ilmu yang diekstrak dari berbagai buku bermutu di dunia

test

Breaking

Post Top Ad

Your Ad Spot

Hubungi Kami

Nama

Email *

Pesan *

Minggu, 18 April 2021

Bangkit dan Disiplinlah Karena Allah dengan Khusyuk

 

Judul buku: Wa qumu lillahi qanitin bangkit dan disiplinlah karena Allah dengan khusyuk
Penulis: Wajihuddin Alantaqi
Penerbit: Pustaka Pesantren
Tahun Terbit: 2013
ISBN: 9799845238


Tokoh utama dalam buku ini adlaah Mbah Muntaha, seorang ulama yang berasal dari Wonosobo, Jawa Tengah. Di lingkungan kultural Muslim Jawa, Mbah Mun, begitu beliau biasa dipanggil, adalah seorang kiai khos tanah jawa. Istilah kiai khos ini muncul belakangan dengan anggapan atau harapan bahwa kiai tersebut merupakan wali Allah. Mbah Muntaha, dengan kesederhanaannya, merupakan salah satu Kiai Khos di Tanah Jawa.
Buku ini bukan tentang biografi tentang Mbah Muntaha. Tidak ada cerita panjang lebar mengenai lahirnya, masa kecil, remaja, hingga dewasa. Yang ada hanyalah penggalan kisah hidup beliau yang kemudian direkam dengan ingatan dan persaaan lalu ditulis ulang oleh salah satu muridnya, yakni penulis buku ini.

Sebenarnya tidak hanya kisah keteladanan yang dikupas di buku ini. Ada mimpi-mimpi penulis maupun teman penulis, yang juga murid Mbah Mun, yang kemudian diberi perspektif positif sehingga tampil menjadi bagian dari buku ini.

Salah satu nasihat yang bisa kita ambil dari kisah hidup Mbah Mun, adalah kesederhanaan hidupnya. Meskipun ditakdirkan untuk menjadi manusia mulia selama hidupnya, dengan begitu tinggi derajatnya di mata manusia, Mbah Mun memiliki satu prinsip yang istimewa. Adalah ucapan beliau, "Nek ora mulang ya ngaji, nek ora ngaji ya mulang utawa ngapalake Quran."

Artinya kurang lebih begini: jika tidak mengajar ya belajar, jika tidak belajar ya mengajar atau menghafalkan Quran.

Dari pernyataan ini jelas sekali konsen Mbah Mun pada dunia pendidikan. Dalam jatah waktu yang diberikan Tuhan, kita memang sudah semestinya demikian: mengajar atau belajar. Lebih dari itu, pesan Mbah Mun sangat kuat: yakni dengan berpegang teguh pada Quran. Menghafalkan Quran adalah manifestasi nyata kecintaan pada kitab samawi satu ini.

Pada salah satu cerita mimpi yang disajikan buku ini adalah tentang kalimat yang menjadi judul buku ini: Wa quumuu lillahi qanitin..

Dalam mimpi, Mbah Mun menyuruh membuka mushaf Al-QUran dan membaca firman tersebut. Mushaf Al-Quran tersebut tampak sangat lusuh, bahkan kertas sampulnya sudah mengelupas. Namun, rasamnya masih dapat dibaca dengan jelas. Setelah terjaga, penulis mencoba mencari letak firman Allah tersebut. Dapatlah salah satu ayat di al-Baqarah, "Peliharalah semua salatmu, dan peliharalah salat wustha. Berdirilah untuk Allah dalam salatmu dengan khusyuk" (QS al-Baqarah: 238).

Dalam firman-Nya yang lain, Allah menyebut Maryam r.a. sebagai orang yang taat (muqnitin), yakni pada surat at-Tahrim ayat 12. Jadi, ada dua makna dari kata qanitin, khusyuk dan taat. Kedua makna ini menunjukkan hubungan yang serius dan penuh khidmat kepada Allah.

Pada mimpi kali itu, sepertinya Mbah Mun mengingatkan kepada semua santrinya, baik yang masih belajar maupun sudah menjadi alumni (mutakhorrijin) bahwa dalam keadaan apa pun, semestinya tetep khusyuk kepada Allah. Semisal cinta kepada partai politik maka cukup sampai sebatas telapak kaki saja, jangan sampai di atas kepala sehingga lebih menaati partai politik daripada Allah.

 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad

Your Ad Spot